Assalaamu'alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh
Di zaman yang penuh fitnah ini, banyak sekali beredar sebuah berita-berita hoax/bohong yang tersebar melalui media internet, baik itu melalui sms, sosial media, ataupun melalui whatsapp, dan lain sebagainya.
Hal seperti ini dapat menyebabkan seseorang resah dan khawatir akan banyaknya berita bohong yang masih simpang siur , lebih lagi berita tersebut sering mengatasnamakan ulama.
Pasalnya berita-berita yang di share tersebut tidak bisa ditelusuri dengan jelas asal-usul kebenarannya, dan yang lebih parahnya lagi ialah seseorang meneruskan dan menshare kepada orang lain dari berita yang ia dapatkan tanpa dia cek dahulu kebenaran berita tersebut.
Seorang muslim sejati hendaknya ia selalu waspada dan mawas diri terhadap apapun berita yang diterimanya. Jangan sampai ia menjadi turut andil dalam penyebaran berita hoax/bohong yang bisa menimbulkan fitnah karena ikut menyebarluaskan berita yang belum dia ketahui asal-muasal kebenaran berita tersebut.
Allah swt berfirman didalam Al-Quran Surat Al Hujurat Ayat 6 :
يَاأَيُّهَاالَّذِينَ آَمَنُواإِنْجَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍفَتَبَيَّنُوْاأَنْ تُصِيبُواقَوْمًابِجَهَالَةٍفَتُصْبِحُوْاعَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِيْن
"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu seorang fasik membawa suatu berita, maka tabayyunlah (periksalah) dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.
Dari ayat di atas sangat jelas sekali perintah dari allah swt kepada orang-orang yang beriman untuk mengklarifikasi dan mengecek kebenaran dari sebuah berita yang diterima oleh siapapun.
Seorang mukmin kerap sekali ia menjadi target dengan sebuah berita yang disebar oleh kaum fasiq, oleh karenanya sikap seorang mukmin hendaknya bertabayyun terlebih dahulu.
Maksudnya ialah dengan meminta bukti kebenaran suatu berita dari pembawa berita. Jika ia bisa mendatangkan buktinya, maka terimalah. Namun Jika ia tidak boleh membuktikan, maka tolaklah berita itu di depannya karena ia seorang pendusta. Dan setelah itu hendaknya kau cegahlah orang lain agar tidak menyampaikan berita bohong yang tidak ada dasarnya sama sekali. Sehingga Dengan demikian, berita bohong tersebut akan mati dan terkubur di dalam dada pembawanya ketika dia kehilangan dari orang-orang yang mau mengambil dan menerima beritanya.
Nabi muhammad saw bersabda :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “كفى بالمرء كذبا أَنْ يُحدِّث بِكُلِّ مَا سَمِعَ
Artinya: Dari Abi Hurairoh r.a dari Nabi SAW bersabda : “Cukuplah seseorang sebagai pendusta bila membicarakan semua yang ia dengar.” (HR Muslim)
Hadits diatas menjelaskan seseorang itu termasuk sebagai pendusta apabila ia menyebarkan setiap berita yang ia dengar dan dapatkan, tanpa ia mengklarifikasi terlebih dahulu berita tersebut.
Apabila berita tersebut memang benar sudah di telusuri kebenarannya ataupun memang kita mendengar langsung berita tersebut disertai dengan fakta yang ada, maka baru boleh untuk menyebarkan berita tersebut.
Kalau kita tidak tahu kebenarannya , lebih baik kita tanya kepada orang alim seperti ulama ataupun habaib, kyai, dan ustadz yang dapat dipercaya ucapannya.
Allah swt berfirman didalam Al-Qur'an Surat An-Nahl Ayat 43 :
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
"Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui."
Jangan sampai dengan ketidak tahuan kita, lantas kita asal menyebarkan sebuah berita bohong. Apalagi sampai mengatasnamakan ulama , habaib, kyai, ustadz, bahkan hingga membawa hadits rasulullah saw dalam berbohong itu dosanya sangat besar dan bahkan bisa menyebabkan seseorang kafir. Naudzubillah min dzalik
Rasulullah Saw bersabda di dalam hadits :
إِنَّ كَذِبًا عَلَىَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ ، مَنْكَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَالنَّارِ
"Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta pada selainku. Barangsiapa yang berdusta atas namaku secara sengaja, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya dineraka.” (HR. Bukhari no. 1291 dan Muslim no. 4)
Kita bisa melihat sekarang ini, seorang pendusta tidak merasa dirinya berdusta, Mereka beralasan saya hanya menshare dan menyebarkan apa yang saya dapatkan. Padahal belum tentu berita itu benar adanya atau malah hanya isu dan fitnah yang dibuat oleh kaum fasiq.
Sebab hakikatnya fitnah itu tidur, terlaknatlah orang yang membangunkan fitnah tersebut hingga bangun.
Rasulullah Saw Bersabda didalam Hadits :
ِRasulullah saw bersabda: "Akan datang tahun-tahun penuh dengan kedustaan yang menimpa manusia. Pendusta dipercaya, orang yang jujur didustakan, amanat diberikan kepada pengkhianat, orang yang jujur dikhianati, dan Ruwaibidlah turut bicara." Lalu beliau ditanya,"Apakah Ruwaibidlah itu?" beliau menjawab: "Orang-orang bodoh yang mengurusi urusan orang banyak (umat)." (HR. Ibnu Majah)
Betapa banyak fitnah yang terjadi akibat berita bohong yang disebarkan oleh orang fasiq? Betapa banyak darah yang tertumpah, jiwa yang terbunuh, harta yang terampas, kehormatan yang terkoyak, akibat berita yang tidak benar kejelasannya! Berita yang dibuat oleh para musuh Islam. Dengan berita itu, mereka hendak menghancurkan persatuan umat Islam , dengan menyemarakkan dan mengobarkan api permusuhan diantara umat Islam. Betapa banyak dua saudara, berpisah disebabkan berita bohong! Betapa banyak suami-isteri berpisah karena berita yang tidak benar!
Sebuah berita bisa menimbulkan fitnah yang amat keji apabila berita tersebut adalah berita dusta yang dibuat oleh orang-orang fasiq dan munafiq yang ingin memecah persatuan umat islam.
Allah Swt Berfirman Didalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 191 :
وَاقْتُلُوهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوهُمْ وَأَخْرِجُوهُمْ مِنْ حَيْثُ أَخْرَجُوكُمْ وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ وَلَاتُقَاتِلُوهُمْ عِنْدَالْمَسْجِدِالْحَرَامِ حَتَّى يُقَاتِلُوكُمْ فِيهِ فَإِنْ قَاتَلُوكُمْ فَاقْتُلُوهُمْ كَذَلِكَ جَزَاءُ الْكَافِرِينَ
“Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah), dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 191)
Sesungguhnya keberadaan orang-orang munafiq di tengah kaum muslimin dapat menimbulkan bahaya yang sangat besar. Akan tetapi yang lebih berbahaya dari hal itu, ialah keberadaan orang-orang mukmin yang berhati baik akan tetapi mereka selalu menerima berita yang dibawakan orang-orang munafiq. Mereka membuka telinga lebar-lebar mendengarkan semua ucapan orang munafiq, lalu mereka berkata dan bertindak sesuai dengan berita itu. Mereka tidak memperdulikan dampak dan bencana yang nantinya akam menimpa kaum muslimin akibat percaya kepada berita yang disampaikan oleh orang fasiq dan munafiq.
Kalau dahulu seseorang menyebarkan berita yang ia dengar dan dapatkan melalui lisan dan ucapan , berbeda di zaman ini yang mana seseorang menyampaikan sebuah berita melalui media digital telepon genggam , mereka tidak befikir panjang dan bertabayyun .
Akan tetapi langsung mereka share dan menyebarkan berita tersebut.
Mungkin pepatah yang tepat pada zaman sekarang ini ialah :
سلامة الإنسان في حفظ الإبهام"Selamatnya manusia tergantung ia menjaga jempolnya."
Mengapa jempol?
Seperti yang telah diutarakan diatas bahwa zaman sekarang ini seorang menyebarkan sebuah berita dan berbagai macam fitnah lebih sering melalui gadget . maka dari itu hendaknya kita menjaga jari jempol kita agar tidak asal menshare berita yang masih belum ditelusuri kebenarannya.
Sebab handphone / telepon genggam ini merupakan sebuah benda yang sangat ringan untuk kita bawa kemana-mana, akan tetapi akan menjadi berat besok hisabnya di hari kiamat kelak.
Allah swt berfirman didalam Al-Quran Surat Al-Mu'min / ghafir Ayat 17 :
الْيَوْمَ تُجْزَىٰ كُلُّ نَفْسٍ بِمَاكَسَبَتْۚ لَاظُلْمَ الْيَوْمَۚ إِنَّاللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَاب
" Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah Swt amat cepat hisabnya."
Wahai para penyebar berita dusta (hoax)! Wahai para pembohong! Hai orang yang tidak senang melihat orang mukmin saling berbaik baik sehingga dipisahkan! Hai orang yang tidak suka melihat kaum mukmin aman! Hai para pencari aib orang yang baik! Tahanlah lidahmu, karena sesungguhnya kamu akan diminta pertanggungjawaban dari semua kata-kata yang telah engkau ucapkan selama di dunia.
Allah swt berfirman di dalam Al-Quran Surat Al-Qiyamah Ayat 36 :
أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى
"Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?"
Masing-masing dari kita kelak akan dimintakan pertanggung jawaban atas apa yang telah diperbuat selama di dunia, oleh karenanya mari sama-sama kita menjadi mukmin yang cerdas dalam memilih dan menerima sebuah berita. Jangan sampai berita yang benar dikaitkan dengan kebohongan dan kebathilan, begitupun sebaliknya berita bohong yang dikaitkan dengan kebenaran.
Allah Swt Berfirman Didalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 42 :
وَلَاتَلۡبِسُواْٱلۡحَقَّ بِٱلۡبَـٰطِلِ وَتَكۡتُمُواْٱلۡحَقَّ وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُون
َ"Janganlah kalian campur-adukkan antara kebenaran dan kebatilan, dan kalian sembunyikan yang benar padahal kamu mengetahuinya." (Q.S. Al-Baqarah [2]: 42)
Mungkin itu saja ulasan artikel pada kesempatan kali ini, mudah-mudahan tulisan ini bisa bermanfaat untuk sahabat blogger semua.
Terima kasih sudah meluangkan waktu anda, untuk mengunjungi pada artikel saya kali ini.
Tetap pantau terus situs "Percikan Hikmah İslami" dengan cara mencamtumkan email kalian pada kolom subcribe yang telah tersedia.
Karena masih banyak info dan motivasi seputar islami lainnya yang akan saya bagikan di Percikan Hikmah İslami secara gratis.
Wassalaamu'alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh
0 komentar untuk Sikap Seorang Mukmin Dalam Menerima Sebuah Berita.